Kamis, 14 Mei 2015

Mencoba Memutar Roda Kehidupan


Tidaklah sama sekali aku berniat meratapi nasib ini, dan tidak pula satu rasa kecewa kumiliki kepada Tuhanku. Aku hanya ingin memberikan sepenggal cerita tentang hidupku. Bukan aku merasa sebagai orang yang penting, bukan pula sebagai seorang yang harus dikenal oleh orang lain. Lebih kepada diriku yang ingin membuang sedikit rasa kecewa ini terhadap diri sendiri, yang hingga kini tak mampu menjadi insan yang berguna.

Ketika aku masih kecil, tak ubahnya anak lain seusiaku, aku juga memiliki harapan yang begitu besarnya akan masa depanku. Hari demi hari yang kulalui hanyalah usaha untuk mewujudkan apa yang disebut dengan cita-cita. Namun, entah mengapa hingga kini aku merasa takdir belum juga berpihak kepada ku. Sering kali aku terpaksa merevisi impianku karena harus menyesuaikan dengan takdir yang tidak sesuai dengan perkiraan ku. Ya, memang tidaklah mudah menjadi orang yang berhasil dan sukses, butuh perjuangan dan juga pengorbanan.

Itulah yang terjadi, perjuangan dan pengorbanan. Hingga saat ini aku masih terus berjuang menggapai impianku. Ya, impian seorang anak yang begitu naif, ingin menjadi orang yang sukses. Ketika pemikiran apa itu sukses merujuk kepada hal duniawi, maka jawabannya adalah harta, tahta, dan kekuasaan. Itu pula lah yang kuinginkan. Aku tidak lah munafik, semua itu hanya untuk membalas sakit hati ku. Sakit hati kepada diriku sendiri yang selama ini membiarkan orang lain menghinaku, dan memandang rendah diriku. Dipandang rendah oleh orang lain membuat ku semakin menggebu-gebu dalam meraih impianku, hanya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa anak yang mereka anggap tak berguna ini mampu memperjuangkan hidupnya.

Aku hanya bisa terus berjuang seraya menunggu keberpihakan takdir kepada ku. Roda kehidupan tidak lah mungkin berputar dengan sendirinya, itu lah tugas ku untuk terus berusaha memutar roda kehidupan dan menempatkan diriku di puncak kejayaan. Tak lupa pula aku berdoa semoga Tuhan memberikan restuNya kepada ku, dalam pertarungan melawan takdir ini.
READ MORE - Mencoba Memutar Roda Kehidupan
Selasa, 12 Mei 2015

Dusta Cinta


Ketika kucoba merangkai kata untuk menjelaskan apa yang kualami, betapa sulitnya kurasakan. Bukan sekedar aku tak pandai bermanis kata, lebih dari itu aku tak sanggup mengingat apa yang sudah ku lalui. Meminjam istilah yang digunakan beberapa orang yang mengibaratkan cinta laksana perahu yang mencoba mencari pelabuhan terakhirnya, sama hal nya dengan yang kurasakan dikala itu. Ketika perahu kecil ini terombang ambing di lautan, betapa naif nya sang nakhoda terburu-buru melemparkan jangkarnya hanya karena melihat sebuah pelabuhan.

Aku mengira kau akan menjadi pelabuhan pertama dan terakhirku, menjadi orang yang mampu aku titipi rasa ini. Terlebih lagi ketika kau memberi harapan yang begitu besarnya kepadaku. Kau berkata bahwa kau juga merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan. Namun kau meminta perahu kecil yang kubawa untuk berlabuh dan menunggu hingga waktu yang tepat. Kau berkata tak ingin ada ikatan yang kau rasa akan mengganggumu dalam menggapai cita-cita mu. Ketika kau berkata ingin membahagiakan orangtua mu terlebih  dahulu, aku menerima baik keputusan itu. Pada dasarnya aku juga memiliki cita-cita yang sama.

Ketika kau memberikan ku sebuah harapan dengan berucap bahwa Tuhan akan mempersatukan kita jika kita memang berjodoh, membuat perahu kecil ini mencoba bertahan meski terhempas oleh ombak. Begitu besarnya harapan yang kau beri, hingga setiap hari yang kulalui aku terus berharap penantian ini segera berakhir. Namun, betapa hati ini hancur ketika aku mengetahui, ternyata pelabuhan hatimu telah menjadi sandaran perahu cinta orang lain. Tak terkira betapa hancurnya hati ini, kau hancurkan dengan penghianatan, bukan diri ku yang kau hianati, tetapi hati ini dengan harapan yang kau berikan. Ku kira kau akan menjaga hati mu untuk ku, ternyata mengejar cita-cita dan ingin membahagiakan orang tua hanya kau jadikan alasan untuk menolakku, entah kau meragukan cinta ku, atau karena aku tak bisa berada di samping mu karena kita mengejar cita-cita di atas tanah yang berbeda.

Pada awalnya aku merasakan rasa sakit yang begitu dalamnya. Bukan kepadamu, bukan pula kepada nakhoda yang kau pilih perahunya untuk sandar di hati mu. Tetapi kepada diriku yang begitu naif nya, dan tidak pandai mengendalikan perahu cinta ini. Hingga akhirnya Keteguhan hatiku mulai terkumpul, rasa sakit yang kurasakan pun mulai memudar. Seperti yang selalu orang katakan, luka pun ada sembuhnya. Akan kubawa perahu ini mengarungi lautan bebas. Sebagai nakhoda, tak akan kubiarkan perahu ini berlabuh, sampai ku pastikan itu akan menjadi pelabuhan terakhir yang menjadi tempat ku menyandarkan perahu kecil yang disebut cinta ini.
READ MORE - Dusta Cinta
Minggu, 10 Mei 2015

Beda Kepala, Beda Pola Pikir, Beda Cara Pandang

   Pada tulisan saya yang ketiga ini, saya berusaha lebih luwes dalam menulis. Tidak menggunakan bahasa yang terlalu kaku, semata-mata agar pembaca mampu menangkap apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan.

   Beberapa hari belakangan ini saya baru menyadari hal yang sebenarnya sering saya alami, ternyata saya sering berbeda pendapat dengan orang lain. Namun entah mengapa intensitas perbedaan pendapat tersebut akhir-akhir ini lebih sering saya alami dengan teman saya. Bahkan ketika saya membaca sebuah buku, pada beberapa bagian saya berkata "ya.... ini benar", namun pada beberapa bagian lain saya malah berkata "tidak.... saya tidak sependapat". Sebenarnya, perbedaan pola pikir dan cara pandang dalam menghadapi sesuatu merupakan hal yang lumrah, dan tentu saja semua orang berhak untuk berargumentasi atau memiliki pendapat sendiri. Yang terpenting bukanlah "perbedaan pendapat" tersebut, tetapi bagaimana cara kita menyikapi perbedaan pendapat tersebut dengan benar.

   Ketika Anda memiliki perbedaan pendapat dengan orang lain, dan memilih tetap bertahan pada pendirian Anda atas pendapat Anda, yang pertama harus dipastikan adalah Anda memiliki kompetensi atau ilmu dalam hal tersebut. Tidak sepantasnya Anda mempertahankan argumen ketika Anda sendiri tidak paham atas apa yang Anda bicarakan. Hal lain yang perlu anda ingat, setiap opini/argumen/pendapat memiliki kemungkinan untuk benar ataupun salah. Jadi, ketika terjadi perbedaan pendapat anda tidak boleh mementingkan ego, terlebih lagi ego untuk menang dan mendapat pengakuan dari orang lain, karena ini bukanlah kompetisi. Mementingkan ego hanya akan memperkeruh keadaan dan membawa kita pada perdebatan yang seakan tak bertepi.

   Lalu, bagaimana cara agar kita bisa menghindari sebuah perdebatan yang alot dan memakan waktu ketika terjadi perbedaan pendapat? Kita harus mencari cara agar menemukan jalan tengah atau titik temu dari argumen-argumen yang bertentangan. Cobalah untuk merangkum, mengkaji, membandingkan, kemudian mendiskusikan pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasinya masing-masing tersebut. Anda juga harus mampu memahami maksud dari orang lain dengan cara melihat dari sudut pandang orang tersebut. Karena, persepsi seseorang yang berbicara berdasarkan sudut pandang agama tidak akan sejalan dengan orang yang berpikir berdasarkan sudut pandang ekonomi, filsafat, sejarah, atau yang lainnya. Anda juga bisa meminta orang lain sebagai penengah untuk memberikan pendapatnya, sebagai referensi mencari titik temu.

   Kesimpulannya, perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah terjadi. Ketika hal ini terjadi, jangan memaksa orang lain mengikuti pola pikir anda. Hal yang paling tepat dilakukan adalah dengan memahami pola pikir dan cara pandang masing-masing dalam upaya mencari titik temu dan menghindarkan diri dari perdebatan yang tidak berujung.
READ MORE - Beda Kepala, Beda Pola Pikir, Beda Cara Pandang
Selasa, 05 Mei 2015

Love & Logic

 

  Menurut saya, ini adalah topik yang ringan tetapi sedikit rumit untuk di bahas. Tetapi, sebelum anda membaca tulisan ini sampai selesai, perlu saya tekankan bahwa tulisan ini hanyalah sebatas pendapat saya, dan saya tidak memaksa anda untuk mengikuti pola pikir saya.

   Cinta, satu kata yang bahkan seorang filsuf pun tak mampu mendefinisikannya. Saya sangat ingat ketika salah satu dosen saya berkata bahwa definisi memiliki arti membatasi. Sehingga, ketika anda mendefinisikan cinta maka anda mencoba untuk membatasi cinta. Sedangkan cinta tak memiliki batas, baik itu batas ruang, waktu, ataupun batas lainnya.

 Ketika seseorang jatuh cinta, mereka cenderung mengenyampingkan logika. Cinta seperti ini disebut dengan cinta buta. Mungkin anda pernah mendengar atau bahkan mengalami, ketika seseorang disakiti atau dikhianati, kemudian sang pasangan meminta kembali menjalin hubungan, seseorang yang mengalami cinta buta akan dengan mudahnya mengatakan "iya". Ketika anda bertanya "mengapa?" jawaban yang sangat simple adalah "karena saya sangat mencintai dia". Sebenarnya, apakah cinta memerlukan logika?

   Banyak orang yang berpendapat, cinta adalah masalah hati tak akan bertemu dengan logika. Menurut saya, pendapat ini tidak seratus persen benar. Bagi saya, cinta dan logika haruslah berjalan beriringan. Perasaan ada, agar cinta dapat dirasakan. Tetapi logika hadir, agar cinta tidak dibutakan. Saya tidak menuntut agar logika harus selalu hadir didalam kisah cinta anda, tetapi paling tidak anda bisa menghadirkan logika ketika ia memang harus ada pada saat itu. Ketika anda tersakiti, dikhianati, atau dalam mengambil keputusan melanjutkan suatu hubungan. Cinta memang sangat rumit, ketika anda berkata "saya sangat mencintai dia" tetapi disisi lain "mengapa saya tersakiti". Disaat inilah anda harus menghadirkan logika, permasalahan ini bukan apakah anda sangat mencintai dia, tetapi apakah dia masih mencintai anda.

   "Tetapi, cinta saya begitu besarnya. Sehingga tidak mungkin bagi saya untuk melupakan dia". Itu hanyalah perasaan sesaat yang anda rasakan karena anda memang tidak menggunakan logika anda. Cinta ibarat tanaman, yang apabila disiram dan dipupuk dengan kasih sayang, maka cinta juga akan tumbuh dan membesar. Secara logika, ketika anda mempertahankan tanaman cinta anda tanpa ada yang menyirami dengan kasih sayang, itu sebenarnya menyakiti diri anda, karena cinta anda mencoba bertahan walaupun sebenarnya sudah hampir mati.

   Ketika anda menjalin suatu hubungan, harapan anda adalah agar hubungan tersebut mampu bertahan selamanya. Untuk itulah logika hadir, agar anda mampu menemukan cinta yang abadi, bukan sekedar cinta sesaat, terlebih lagi cinta buta yang hanya membuat anda tersakiti. Mendominasikan perasaan pada cinta akan membawa kita pada satu cara pandang yang cenderung memandang seseorang sebagai orang yang kita cintai (subyektif) bukan kepada respon apa yang harus kita berikan terhadap apa yang dilakukan pasangan kita (obyektif). Akan lebih bahaya lagi apabila cara pandang seperti ini membuat kita memandang dia sebagai segala-galanya dan kita melupakan diri kita sendiri. Pada akhirnya kita akan menjerumuskan diri sendiri pada renungan penyesalan dan kesedihan yang sepertinya tiada akhir.

   Jadi yang ingin saya tekankan, berpikirlah secara realistis dan jernih. Jangan selalu berusaha membohongi diri anda hanya karena hati anda mencoba menutupi logika anda. Jangan terjebak atas apa yang anda rasakan, cinta adalah kehidupan yang seharusnya menemani anda selamanya, bukan yang menyakiti anda sesukanya. Logika hadir bukan untuk membuat kemurnian cinta anda berkurang, tetapi untuk membantu anda menentukan mana yang salah, mana yang benar, dan mana yang harus diperbaiki, mana yang harus dijaga. Jadi, hiduplah dengan cinta dalam logika agar cinta tak kehilangan rasa dan makna.
READ MORE - Love & Logic

Optimists vs pesimists

 Ini adalah postingan pertama saya di blog. Untuk postingan pertama ini, saya akan memulai dari sesuatu yang ringan untuk dibahas. Saya akan membahas mengenai cara anda melihat kehidupan, are you an optimist person or pesimist person?

  Pernahkah anda mendengar ungkapan sebuah gelas setengah penuh atau setengah kosong? Saya rasa sebagian besar dari anda pernah mendengarnya. Jika anda tidak pernah mendengar ungkapan tersebut, anda bisa membayangkan sedang melihat sebuah gelas yang terisi setengah bagiannya oleh air. Sekarang, apakah bagi anda gelas tersebut setengah penuh atau setengah kosong. Tentu saja sebagian dari anda akan menjawab setengah penuh dan sebagian lagi menjawab setengah kosong.

   Awalnya saya mengira pemikiran saya mengenai ungkapan tersebut tidak memiliki arti apapun. Saya berpikir ini hanyalah masalah “penuh dan kosong”. Tetapi ternyata ini berkaitan dengan cara anda melihat kehidupan. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, pandangan anda mengenai gelas tersebut menunjukan apakah anda sebenarnya sebagai seorang yang optimis atau seorang yang pesimis.

    Orang yang mengatakan itu setengah penuh adalah orang yang optimis. Bayangkan jika gelas tersebut adalah diri anda, maka anda akan berpikir anda mendapatkan sesuatu. Orang yang optimis akan fokus dan mengoptimalkan atas apa yang ia miliki, dan bersyukur atas hal tersebut. Itu tandanya anda melihat sesuatu secara positif, yaitu gelas tersebut awalnya kosong, kemudian terisi setengah atau setengah penuh.

   Sedangkan, orang yang mengatakan itu setengah kosong adalah orang yang pesimis. Orang yang pesimis akan menganggap gelas tersebut awalnya penuh, setelah itu ia kehilangan setengah isinya. Anda akan merasa kehilangan sesuatu, dan menjadi tidak bersyukur akan apa yang sudah anda dapatkan. Itu pertanda anda adalah orang yang fokus dengan apa yang tidak ada bukan apa yang ada.

   So, What about you? How do you see life? Is the glass half full or half empty? Are you an optimist person or pesimist person?
READ MORE - Optimists vs pesimists
Template oleh Blog SEO Ricky - Support eva fashion store