Menurut saya, ini adalah topik yang ringan tetapi sedikit rumit untuk di bahas. Tetapi, sebelum anda membaca tulisan ini sampai selesai, perlu saya tekankan bahwa tulisan ini hanyalah sebatas pendapat saya, dan saya tidak memaksa anda untuk mengikuti pola pikir saya.
Cinta, satu kata yang bahkan seorang filsuf pun tak mampu mendefinisikannya. Saya sangat ingat ketika salah satu dosen saya berkata bahwa definisi memiliki arti membatasi. Sehingga, ketika anda mendefinisikan cinta maka anda mencoba untuk membatasi cinta. Sedangkan cinta tak memiliki batas, baik itu batas ruang, waktu, ataupun batas lainnya.
Ketika seseorang jatuh cinta, mereka cenderung mengenyampingkan logika. Cinta seperti ini disebut dengan cinta buta. Mungkin anda pernah mendengar atau bahkan mengalami, ketika seseorang disakiti atau dikhianati, kemudian sang pasangan meminta kembali menjalin hubungan, seseorang yang mengalami cinta buta akan dengan mudahnya mengatakan "iya". Ketika anda bertanya "mengapa?" jawaban yang sangat simple adalah "karena saya sangat mencintai dia". Sebenarnya, apakah cinta memerlukan logika?
Banyak orang yang berpendapat, cinta adalah masalah hati tak akan bertemu dengan logika. Menurut saya, pendapat ini tidak seratus persen benar. Bagi saya, cinta dan logika haruslah berjalan beriringan. Perasaan ada, agar cinta dapat dirasakan. Tetapi logika hadir, agar cinta tidak dibutakan. Saya tidak menuntut agar logika harus selalu hadir didalam kisah cinta anda, tetapi paling tidak anda bisa menghadirkan logika ketika ia memang harus ada pada saat itu. Ketika anda tersakiti, dikhianati, atau dalam mengambil keputusan melanjutkan suatu hubungan. Cinta memang sangat rumit, ketika anda berkata "saya sangat mencintai dia" tetapi disisi lain "mengapa saya tersakiti". Disaat inilah anda harus menghadirkan logika, permasalahan ini bukan apakah anda sangat mencintai dia, tetapi apakah dia masih mencintai anda.
"Tetapi, cinta saya begitu besarnya. Sehingga tidak mungkin bagi saya untuk melupakan dia". Itu hanyalah perasaan sesaat yang anda rasakan karena anda memang tidak menggunakan logika anda. Cinta ibarat tanaman, yang apabila disiram dan dipupuk dengan kasih sayang, maka cinta juga akan tumbuh dan membesar. Secara logika, ketika anda mempertahankan tanaman cinta anda tanpa ada yang menyirami dengan kasih sayang, itu sebenarnya menyakiti diri anda, karena cinta anda mencoba bertahan walaupun sebenarnya sudah hampir mati.
Ketika anda menjalin suatu hubungan, harapan anda adalah agar hubungan tersebut mampu bertahan selamanya. Untuk itulah logika hadir, agar anda mampu menemukan cinta yang abadi, bukan sekedar cinta sesaat, terlebih lagi cinta buta yang hanya membuat anda tersakiti. Mendominasikan perasaan pada cinta akan membawa kita pada satu cara pandang yang cenderung memandang seseorang sebagai orang yang kita cintai (subyektif) bukan kepada respon apa yang harus kita berikan terhadap apa yang dilakukan pasangan kita (obyektif). Akan lebih bahaya lagi apabila cara pandang seperti ini membuat kita memandang dia sebagai segala-galanya dan kita melupakan diri kita sendiri. Pada akhirnya kita akan menjerumuskan diri sendiri pada renungan penyesalan dan kesedihan yang sepertinya tiada akhir.
Jadi yang ingin saya tekankan, berpikirlah secara realistis dan jernih. Jangan selalu berusaha membohongi diri anda hanya karena hati anda mencoba menutupi logika anda. Jangan terjebak atas apa yang anda rasakan, cinta adalah kehidupan yang seharusnya menemani anda selamanya, bukan yang menyakiti anda sesukanya. Logika hadir bukan untuk membuat kemurnian cinta anda berkurang, tetapi untuk membantu anda menentukan mana yang salah, mana yang benar, dan mana yang harus diperbaiki, mana yang harus dijaga. Jadi, hiduplah dengan cinta dalam logika agar cinta tak kehilangan rasa dan makna.